SPONSOR

Rabu, 16 Maret 2016

Posted by Unknown 23.30


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.
Menurut teori behaviorisme belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman (Gage, Berliner, 1984). Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon (Slavin, 2000).  Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori Ivan Petrovich Pavlov, ahli psikologi Rusia berpengalaman dalam melakukan serangkaian percobaan yang terkenal pula dengan conditioned response-nya ia juga mempelajari hal belajar pada binatang. Dalam percobaan itu ia melatih anjingnya untuk mengeluarkan air liur karena stimulus yang dikaitkan dengan makanan. Proses belajar ini terdiri atas pembentukan asosiasi (pembentukan hubungan antara gagasan, ingatan atau kegiatan pancaindra) dengan makanan, untuk itu dalam makalah ini akan dibahas lebih lanjut tentang teori belajar Ivan P. Pavlov.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian behaviorisme?
2.      Bagaimana biografi Pavlov?
3.      Bagaimana Teori Kepribadian Behaviorisme Menurut Pandangan Ivan Petrovich Pavlov?
4.      Bagaimana Struktur, Dinamika, dan Perkembangan Kepribadian Menurut Pavlov?


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Behaviorisme
Seperti telah diketahui, behaviorisme adalah sebuah aliran dalam psikologi yang didirikan oleh John B. Watson pada tahun 1913. Sama halnya dengan psikoanalisa, behaviorisme juga merupakan aliran yang revolusioner, kuat dan berpengaruh serta memiliki akar sejarah yang cukup dalam. Sejumlah filsuf dan ilmuwan sebelum Watson dalam satu dan lain bentuk telah mengajukan gagasan-gagasan mengenai pendekatan objektif dalam mempelajari manusia berdasarkan pandangan yang mekanistis dan materialistis, suatu pendekatan yang menjadi ciri utama dari behaviorisme. Seorang di antaranya adalah Ivan Pavlov (1849-1936), seorang ahli fisiologi Rusia.
Teori Behaviorisme adalah teori perkembangan perilaku, yang dapat diukur, diamati dan dihasilkan oleh respons pelajar terhadap rangsangan. Tanggapan terhadap rangsangan dapat diperkuat dengan umpan balik positif atau negatif terhadap perilaku kondisi yang diinginkan. Hukuman kadang-kadang digunakan dalam menghilangkan atau mengurangi tindakan tidak benar, diikuti dengan menjelaskan tindakan yang diinginkan. Pendidikan behaviorisme merupakan kunci dalam mengembangkan keterampilan dasar dan dasar-dasar pemahaman dalam semua bidang subjek dan manajemen kelas. Ada ahli yang menyebutkan bahwa teori belajar behavioristik adalah perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret.
Dalam teori behaviorisme, ingin menganalisa hanya perilaku yang nampak saja, yang dapat diukur, dilukiskan, dan diramalkan. Teori kaum behavoris lebih dikenal dengan nama teori belajar, karena seluruh perilaku manusia adalah hasil belajar. Belajar artinya perubahan perilaku organisme sebagai pengaruh lingkungan. Behaviorisme tidak mau mempersoalkan apakah manusia baik atau jelek, rasional atau emosional; behaviorisme hanya ingin mengetahui bagaimana perilakunya dikendalian oleh faktor-faktor lingkungan. Dalam arti teori belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia. Memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberi respon terhadap lingkungan. Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka. Dari hal ini, timbulah konsep ”manusia mesin” (Homo Mechanicus).
Teori Behaviorisme lahir sebagai reaksi terhadap introspeksionisme dan juga psikoanalisis. Behaviorisme ingin menganalisis hanya perilaku yang Nampak saja, yang dapat diukur, dilukiskan, dan diramalkan.

B.     Biografi Ivan Petrovich Pavlov (Ivan Petrovich Pavlov 1849-1936)
Ivan Petrovich Pavlov lahir 14 September 1849 di Ryazan Rusia yaitu desa tempat ayahnya Peter Dmitrievich Pavlov menjadi seorang pendeta. Ia dididik di sekolah gereja dan melanjutkan ke Seminari Teologi. Pavlov lulus sebagai sarjana kedokteran dengan bidang dasar fisiologi. Pada tahun 1884 ia menjadi direktur departemen fisiologi pada Institute of Experimental Medicine dan memulai penelitian mengenai fisiologi pencernaan. Ivan Pavlov meraih penghargaan nobel pada bidang Physiology or Medicine tahun 1904. Karyanya mengenai pengkondisian sangat mempengaruhi psikologi behavioristik di Amerika. Karya tulisnya adalah Work of Digestive Glands (1902) dan Conditioned Reflexes (1927).
Pavlov meninggal di Leningrad pada tanggal 27 Februari 1936. Sebenarnya ia bukan seorang sarjana psikologi dan ia pun tidak mau disebut sebagai ahli psikologi, karena ia adalah seorang sarjana ilmu faal yang fanatik. Cara berpikirnya adalah sepenuhnya cara berpikir ahli ilmu faal, bahkan ia sangat anti terhadap psikologi karena dianggapnya kurang ilmiah. Dalam penelitian-penelitiannya ia selalu berusaha menghindari konsep-konsep meupun istilah-istilah psikologi. Sekalipun demikian, peranan Pavlov dalam psikologi sangat penting, karena studinya mengenai refleks-refleks akan merupakan dasar bagi perkembangan aliran psikologi behaviorisme. Pandangannya yang paling penting adalah bahwa aktivitas psikis sebenarnya tidak lain daripada rangkaian-rangkaian refleks belaka. Karena itu, untuk mempelajari aktivitas psikis (psikologi) kita cukup mempelajari refleks-refleks saja. Pandangan yang sebenarnya bermula dari seorang tokoh Rusia lain bernama I.M. Sechenov. I.M. yang banyak mempengaruhi Pavlov ini, kemudian dijadikan dasar pandangan pula oleh J.B. Watson di Amerika Serikat dalam aliran Behaviorismenya setelah mendapat perubahan-perubahan seperlunya.
C.    Teori Kepribadian Behaviorisme Menurut Pandangan Ivan Petrovich Pavlov
a.       Latar belakang behaviorisme
Aliran psikologi di Rusia dipelopori oleh Ivan Petrovich Pavlov, dan dikenal sebagai aliran behaviorisme di Rusia. Behaviorisme merupakan aliran dalam psikologi yang timbul sebagai perkembangan dari psikologi pada umumnya. Para ahli psikologi dalam rumpun behaviorisme ingin meneliti psikologi secara obyektif. Mereka berpendapat bahwa kesadaran merupakan hal yang dubious, sesuatu yang tidak dapat diobservasi secara langsung, secara nyata.
Pavlov adalah seorang yang kaku dan intelek dengan disiplin diri yang keras. Ia menerapkan disiplin dan pengharapannya yang kaku pada begitu banyak mahasiswa yang belajar dibawah bimbingannya dalam tahun-tahun produktifnya. Ia seorang metodologi sistematis, baginya pengumpulan data adalah bidang yang serius. Laboratorium baru yang dibangun bagi Pavlov oleh pemerintah stalin dijuluki “menara keheningan”, yang mencerminkan konstruksinya yang kedap suara dan tindak-tanduk para pekerja laboratorium tersebut.
Pavlov menerima hadiah nobel pada tahun 1904 atas karyanya tentang basis saraf dan kelenjar dalam pencernaan. Dalam kaitan dengan penelitian tersebut, Pavlov menemukan prinsip-prinsip penting pengondisian asosiatif dan hal inilah yang dikenang darinya hingga kini. Pavlov menciptakan suatu alat yang ditanamkan dalam pipi anjing yang menjadi subjeknya yang mengumpulkan liur sebagai pengukuran proses-proses pencernaan yang diteliti. Dalam eksperimennya yang teliti, Pavlov mencermati bahwa subjek berulang kali berliur menjelang diberi makanan, yang ditunjukkan dengan mendekatnya seorang eksperimenter atu penyajian piring makanan. Observasi yang tajam ini membawa Pavlov pada suatu program penelitian yang menuntut pada pengembangan refleksologi pengondisian. Ia menemukan bahwa ia dapat menggunakan suatu stimulus netral, seperti sebuah ketukan metronom, nada, atau sinar, dan setelah berhasil memasangkannyadengan hadiah utama, seperti makanan, seekor anjing yang termotivasi (yakni anjing yang lapar) akan merespon dengan berliur terhadap stimulus netral yang diberikan tanpa makanan.
Menurut Pavlov aktifitas organisme dapat dibedakan atas:
1)      Aktifitas yang bersifat reflektif, yaitu aktifitas organisme yang tidak disadari oleh organism yang bersangkutan. Organisme membuat respon tanpa disadari sebagai reaksi terhadap stimulus yang mengenainya.
2)      Aktifitas yang disadari, yaitu aktifitas atas kesadaran organism yang bersangkutan. Ini merupakan respon atas dasar kemauan sebagai suatu reaksi terhadap stimulus yang diterimanya. Ini berarti bahwa stimulus yang diterima oleh organisme itu sampai di pusat kesadaran, dan barulah terjadi suatu respons. Dengan demikian maka jalan yang ditempuh oleh stimulus dan respons atas dasar kesadaran lebih panjang apabila dibandingkan dengan stimulus dan respons yang tidak disadari, atau respon yang reflektif.
Berkaitan dengan hal tersebut Pavlov sangat memusatkan perhatiannya pada masalah refleks, karena itu pula psikologi Pavlov sering disebut sebagai psikologi refleks atau psychoreflexology.
Pada mulanya pemikiran dan eksperimen Pavlov hanya terbatas di Rusia, tetapi kemudian menyebar juga ke Ameroka, terutama bagi para ahli yang menolak digunakannya metode intropeksi dalam psikologi. Pavlov berkeberatan digunakannya metode intropeksi, karena  dengan intropeksi tidak dapat diperoleh data yang obyektif. Pavlov ingin merintis ke objective psychology, karena itu intropeksi tidak digunakan. Ia mendasarkan eksperimennya atas dasar observed facts, pada keadaan yang benar-benar dapat diobservasinya. Eksperimen Pavlov ini banyak pengaruhnya pada masalah belajar, misalnya pada pembentukan kebiasaan (habit formation).
b.      Analisis Teori Behavioristik
Behaviorisme tidak dapat dipisahkan dengan eksperimen Pavlov yang sangat terkenal tentang pencernaan. Dalam penelitian tersebut ia melihat bahwa subjek penelitiannya (seekor anjing) akan mengeluarkan air liur sebagi respons atas munculnya makanan. Ia kemudian mengeksplorasi fenomena ini dan kemudian mengembangkan satu studi perilaku (behavioral study) yang dikondisikan, yang dikenal dengan teori  classical conditioning. Menurut teori ini, ketika makanan (makanan disebut sebagai the unconditioned or unlearned stimulus- stimulus yang tidak dikondisikan atau tidak dipelajari) dipasangkan atau ikutsertakan dengan bunyi bel (bunyi bel disebut sebagai the conditioned or learned stimulus- stimulus yang dikondinisikan atau dipelajari), maka bunyi bel akan menghasilkan respon yang sama, yaitu keluarnya air liur dari si anjing percobaan.
Berawal dari teori tersebut, kaum behavioris menjelaskan bahwa belajar sebagai suatu proses perubahan perilaku dimana reinforcement dan punishment menjadi stimulus untuk merangsang orang yang belajar dalam berperilaku.

c.       Pavlovionisme
Teori ini sering disebut dengan classical conditioning atau stimulus substitution. Pavlov berpendapat bahwa belajar merupakan proses terjadinya refleks-refleks atau respon-respon bersyarat melalui stimulus pengganti.
Teori ini kemudian dikembangkan oleh john B.watson, menurutnya manusia dilahirkan dengan beberapa refleks dan reaksi-reaksi emosional berupa takut, cinta dan marah. Semua tingkah laku lainya terbentuk oleh hubungan-hubungan stimulus, respon, baru melalui “conditioning”.
Karya Pavlov mengenai pengkondisian sangat mempengaruhi psikologi behavioristik di Amerika. Classic conditioning (pengkondisian ) adalah proses yang ditemukan Pavlov melalui percobaannya terhadap anjing , dimana perangsang asli dan netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara berulang-ulang sehingga memunculkan reaksi yang diinginkan. Belajar menurut teori ini adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat yang menimbulkan reaksi.Yangterpenting dalam belajar menurut teori ini adalah adanya latihan dan pengulangan. Kelemahan teori ini adalah belajar hanyalah terjadi secara otomatis keaktifan dan penentuan pribadi dihiraukan. (Alwisol, 2004: 402).
Ivan Petrovich Pavlov mengemukakan bahwa dengan menerapkan strategi ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan, sementara individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya. Strategi Pavlo ini individu dapat dikendalikan melalui cara mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan. Sementara individu tidak sadar dikendalikan oleh stimulus dari luar. (Juntika Syamsu,2008:124)

D.    Struktur, Dinamika, dan Perkembangan Kepribadian Menurut Pavlov
Struktur Kepribadian menurut pandangan Pavlov terbagi atas dua bagian yaitu : (Alwisol, 2004: 402).
1.      Tingkah laku responden (Responden Behavior)
Respon yang dihasilkan organisme untuk menjawab stimulus secara spesifik berdasarkan respon yang diberikan, seperti mengeluarkan air liur ketika melihat makanan.
2.      Tingkah laku operan (operant behavior)
Respon yang dimunculkan organisme tanpa adanya stimulus spesifik yang langsung memaksa terjadinya respon itu. Organisme dihadapkan kepada pilihan-pilihan respon mana yang akan dipakai untuk menanggapi suatu stimulus, dinamika dan Perkembangan kepribadian Menurut pandangan Pavlov: (Alwisol, 2004:402).
Pavlov yakin bahwa kepribadian dapat dipahami dengan mempertimbangkan tingkah laku dalam hubungan yang terus menerus dengan lingkungan nya. Cara yang efektif untuk mengubah dan mengontrol tingkah laku adalah penguatan, maksudnya dengan diberikan penguatan-penguatan yang positif, maka tingkah laku seseorang akan bisa berubah dan terkontrol dengan baik. Strategi untuk mengubah tingkah laku menurut pandangan Pavlov itu pada dasarnya ada dua yaitu : (Alwisol, 2004: 402)
3.      Conditioning Clasik, disebut juga dengan conditioning responden karena tingkah laku dipelajari dengan memanfaatkan hubungan stimulus respon yang bersifat reflek.
4.      Conditioning Operan, conditioning operan tidak tergantung kepada tingkah laku otomatis atau refleks sehingga jauh lebih fleksibel dibandingkan dengan conditioningclasik.


BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
1.      Behaviorisme merupakan salah satu pendekatan untuk memahami perilaku individu dari sisi fenomena fisik,dan cenderung mengabaikan aspek-aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme cenderung tidak mengakui adanya kecerdasan,bakat,minat dan perasaan individu dalam suatu belajar.
2.      Ivan Petrovich Pavlov lahir 14 September 1849 di Ryazan Rusia. Sebenarnya ia bukan seorang sarjana psikologi dan ia pun tidak mau disebut sebagai ahli psikologi, karena ia adalah seorang sarjana ilmu faal yang fanatik. Dalam penelitian-penelitiannya ia selalu berusaha menghindari konsep-konsep meupun istilah-istilah psikologi. Sekalipun demikian, peranan Pavlov dalam psikologi sangat penting, karena studinya mengenai refleks-refleks akan merupakan dasar bagi perkembangan aliran psikologi behaviorisme.
3.      Karya Pavlov mengenai pengkondisian sangat mempengaruhi psikologi behavioristik di Amerika. Classic conditioning (pengkondisian) adalah proses yang ditemukan Pavlov melalui percobaannya terhadap anjing , dimana perangsang asli dan netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara berulang-ulang sehingga memunculkan reaksi yang diinginkan. Belajar menurut teori ini adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat yang menimbulkan reaksi.Yangterpenting dalam belajar menurut teori ini adalah adanya latihan dan pengulangan. Kelemahan teori ini adalah belajar hanyalah terjadi secara otomatis keaktifan dan penentuan pribadi dihiraukan. (Alwisol, 2004: 402)
Ivan Petrovich Pavlov mengemukakan bahwa dengan menerapkan strategi ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan, sementara individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya. Strategi Pavlo ini individu dapat dikendalikan melalui cara mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan. Sementara individu tidak sadar dikendalikan oleh stimulus dari luar. (Juntika Syamsu,2008:124)
4.      Struktur Kepribadian menurut pandangan Pavlov terbagi atas dua bagian yaitu ;
a.       Tingkah laku responden (Responden Behavior)
b.      Tingkah laku operan (operant behavior)
Dinamika dan Perkembangan kepribadian Menurut pandangan Pavlov:
Pavlov yakin bahwa kepribadian dapat dipahami dengan mempertimbangkan tingkah laku dalam hubungan yang terus menerus dengan lingkungan nya. Cara yang efektif untuk mengubah dan mengontrol tingkah laku adalah penguatan, maksudnya dengan diberikan penguatan-penguatan yang positif, maka tingkah laku seseorang akan bisa berubah dan terkontrol dengan baik. Strategi untuk mengubah tingkah laku menurut pandangan Pavlov itu pada dasarnya ada dua yaitu : (Alwisol, 2004: 402)
a.       Conditioning Clasik, disebut juga dengan conditioning responden karena tingkah laku dipelajari dengan memanfaatkan hubungan stimulus respon yang bersifat reflek.
b.      Conditioning Operan, conditioning operan tidak tergantung kepada tingkah laku otomatis atau refleks sehingga jauh lebih fleksibel dibandingkan dengan conditioning clasik.


DAFTAR PUSTAKA
Bimo Walgito. Pengantar Psikologi Umum.2002.Yogyakarta:Andi.
James F.Brennan. Sejarah dan system Psikologi.2006.Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada.
Budiningsih, C., Asri, Belajar dan Pembelajaran, 2005, Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Syamsu Yusuf dan Achmad Juntika Nurihsan, Teori Kepribadian, 2013 Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Muzdalifah. Psikologi Pendidikan. STAIN KUDUS, (Kudus:2008)
Sumanto.Psikologi Umum.2014.Yogyakarta:CAPS
https://binham.wordpress.com/2012/04/18/teori-kepribadian-behavioristik/ diakses pada tanggal  30 april 2015 pukul 14.00



Rabu, 09 Maret 2016

Posted by Unknown 21.55

A.    Latar Belakang
Seiring dengan tumbuh kembangnya seorang anak, tentunya banyak pihak yang mempengaruhinya. Pertama dalam lingkungan keluarga, lingkungan pendidikan, lingkungan agama, dan lingkungan pergaulan. Dalam hal ini, pemakalah akan membahas mengenai lingkungan pendidikan, yang berfokus dengan pendidikan karakter dalam pembelajran Qur’an dan Hadits MTs-MA. Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang melibatkan dua pihak sekaligus. Pihak pertama subjek pendidikan, yaitu pihak yang melaksanakan pendidikan, sedang pihak kedua adalah objek pendidikan, yaitu pihak yang menerima pendidikan. Bagaimanakah pendidikan karakter itu? Lebih lanjut akan di uraikan dalam pembahasan makalah ini.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana pengertian, tujuan dan dasar pendidikan karakter ?
2.      Bagaimana perkembangan dan prinsip karakter pribadi Islami?
3. Bagaimana konsep pendidikan berkarakter dalam pembelajaran Qur’an dan Hadits MTs-MA?

C.     Pembahasan
A. Pengertian, Tujuan Dan Dasar Pendidikan Karakter
1.      Pengetian pendidikan karakter.
Secara umum, istilah karakter sering diasosiasikan dengan apa yang disebut dengan temperamen yang memberinya, seolah definisi yang menekankan unsur psikososial yang dikaitkan dengan pendidikan dan konteks lingkungan.
Dari segi etimologi, karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to mark” atau menandai dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku, sehingga orang yang tidak jujur, kejam, rakus dan perilaku jelek lainnya dikatakan orang berkarakter jelek. Sebaliknya, orang yang berprilaku sesuai dengan kaidah moral disebut dengan berkarakter mulia. Sedangkan dari segi istilah, karakter sering dipandang sebagai cara berfikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan setiap akibat dari keputusan yang ia buat.
Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk nilai-nilai tersebut. Pendidikan karakter pada hakekatnya ingin membentuk individu menjadi seorang pribadi bermoral yang dapat menghayati kebebasan dan tanggung jawabnya, dalam relasinya dengan orang lain dan dunianya dalam komunitas pendidikan. Dengan demikian pendidikan karakter senantiasa mengarahkan diri pada pembentukan individu bermoral, cakap mengambil keputusan yang tampil dalam perilakunya, sekaligus mampu berperan aktif dalam membangun kehidupan bersama.
2.      Tujuan Pendidikan Karakter
Manusia secara natural memang memiliki potensi didalam dirinya. Untuk bertumbuh dan berkembang mengatasi keterbatasan manusia dan keterbatasan budayanya. Di pihak lain  manusia juga tidak dapat abai terhadap lingkungan sekitarnya. Tujuan pendidikan karakter semestinya diletakkan dalam kerangka gerak dinamis diakletis, berupa tanggapan individu atau impuls natural (fisik dan psikis), sosial, kultural yang melingkupinya, untuk dapat menempa dirinya menjadi sempurna sehingga potensi-potensi yang ada dalam dirinya berkembang secara penuh yang membuatnya semakin menjadi manusiawi. Semakin menjadi manuusiawi berarti membuat ia juga semakin menjadi makhluk yang mampu berelasi secara sehat dengan lingkungan di luar dirinya tanpa kehilangan otonomi dan kebebasannya, sehingga ia menjadi  manusia yang bertanggungjawab.
Pendidikan karakter lebih  mengutamakan pertumbuhan moral individu yang ada dalam lembaga pendidikan. Untuk ini, dua paradigma pendidikan karakter merupakan suatu keutuhan yang tidak dapat dipisahkan. Peranan nilai dalam diri siswa dan pembaruan tata kehidupan bersama yang lebih menghargai kebebasan individu merupakan kedua wajah pendidikan karakter dalam lembaga pendidikan.
3.      Dasar Pembentukan Karakter
Allah SWT menegaskan dalam firman-Nya, al-Quran al-Kariem pada surah al-Ahzab ayat 21, sebagai berikut :

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا . (الأحزاب)

Artinya : “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. (QS. Al-Ahzab 21).

Imam Ibnu Jarier Ath-Thobariy, mufassir generasi awal memberi catatan khusus berkenaan dengan ayat di atas:
قال إبن جرير الطّبري : يقول لهم جلّ ثناؤه : (لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُوْلِ اللهِ أسْوَةٌ حَسَنَةٌ): أن تتأسوابه وتكونوا معه حيث كان، ولا تتخلَّفوا عنه(لِمَنْ كانَ يَرْجُو اللَّهَ) يقول: فإن من يرجو ثواب الله ورحمته في الآخرة لا يرغب بنفسه، ولكنه تكون له به أُسوة في أن يكون معه حيث يكون هو. (الطبري ص 235 من الجزء العشرين)
Bahwa Allah SWT, dengan ayat ini kembali menegaskan kepada kita selaku ummatnya untuk senantiasa membangun/menteladani Rasulullah SAW dan hendaknya kita terus ada bersamanya di setiap hal dan kondisi di manapun berada dan jangan sekali-kali kita menentang atau menyelisihinya. Lebih jauh, dalam tafsir itu, sang Imam -radiallahu ‘anhu- saat mengulas firman-Nya “Bagi orang-orang yang mencari ridho Allah SWT” ini ditafsirkan ialah sebagai “Sesungguhnya bagi orang-orang yang ada keinginan untuk mencari ridho dan pahala-Nya semata-mata, menuju rahmat dan kasih sayang-Nya untuk kelak di akhirat, maka tidaklah dia sendirian, tetapi paling tidak, bahwa dalam diri Muhammad itu ada teladan yang baik (uswah) bagi seseorang selama orang tersebut berusaha untuk senantiasa ada bersamanya”.
Oleh karena itu, pendidikan karakter sangatlah penting mengingat betapa sempurnanya akhlak Rosulullah yang sehingga mengharuskan kita untuk menirunya. Dan untuk menirunya kita dapat mengaplikasikannya dalam pendidikan.

B.  Perkembangan dan prinsip pendidikan karakter  pribadi Islami
Karakter dalam Islam sering disebut dengan akhlaq berasal dari bahasa Arab yakni jama’ dari khulqun yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabi’at, tata krama, sopan santun, adab dan tindakan. Kata akhlaq juga berasal dari kata kholaqa atau kholqun yang berarti kejadian, serta erat hubungannya dengan khaliq yang artinya menciptakan, tindakan atau perbuatan, sebagaimana terdapat kata al-khaliq yang artinya pencipta dan makhluq yang artinya yang diciptakan.
Ibnu Masykawaih (w. 421 H/ 130 M) yang terkenal sebagai pakar bidang akhlaq terkemuka mengatakan: “akhlaq  adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa melakukan pemikiran dan pertimbangan.”
Sementara itu, Imam Al-Ghazali (1015-1111 M) mengatakan: akhlaq adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gamblang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
Maka dapat disimpulkan akhlaq adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang yang dilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran serta dilakukan tanpa paksaan dan ikhlas semata-mata karena Allah subhanahu wata’ala.
Pendidikan karakter atau pendidikan akhlaq sebagaiman dirumuskan oleh Ibnu Masykawaih dan dikutip oleh Abudin Nata, merupakan upaya terwujudnya sikap batin yang mampu mendorong secara spontan akhirnya perbuatan-perbuatan yang bernilai baik dari seseorang. Dalam pendidikan akhlaq ini, kriteria benar dan salah untuk menilai perbuatan yang muncul merujuk kepada Al-Qur’an dan as-Sunnah sebagai sumber tertinggi ajaran Islam.
Tujuan pendidikan sebenarnya adalah mengarahkan kepada pembentukkan generasi baru (generasi yang beriman dan berpegang teguh  kepada ajaran-ajaran Islam yang benar) dimana generasi baru itu bekerja untuk memformat umat ini dengan format Islam dalam semua aspek kehidupan. Oleh karena itu, sarana yang digunakan untuk mewujudkan tujuan tersebut terbatas pada perubahan terbatas pada perubahan tradisi pada umumnya dan pembinaan para pendukung dakwah agar komitmen dengan ajaran-ajaran Islam, sehingga mereka menjadi teladan bagi orang lain dalam berpegang teguh kepada-Nya, memelihara dan tunduk kepada hukum-hukum-Nya.
1. Perkembangan kepribadian Islami
Dalam pengembangan kepribadian Islam, hal yang paling utama adalah pengembangan qalb  (hati).Hati yaitu tempat bermuara segala hal kebaikan ilahiyah karena ruh ada didalamnya. Secara psikologis, hati adalah cerminan baik buruk seseorang. Rasululullah SAW bersabda:” ketahuilah bahwa dalam jasad terdapat mudghah yang apabila baik maka baik pula sluruh anggota tubuh dan apabila rusak maka rusaklah seluruh tubuh.ketahuilah bhwa mudghah itu qalb."( HR.Al Bukhari dari an nu’man bin basyir). Qalb jika dirawat dan dikembangkan  potensinya,cahayanya akan melebihi sinar matahari. Ia akan menjadi obor sepanjang zaman. Pada pembahasan inilah hakikat pengembangan islam dan mengingat kedudukan hati yng begitu penting, maka unsur pembuka (ladang subur) pembahasannya adalah pendekatan agama.
Pada tahap selanjutnya adalah pengembangan Jism ( fisik). Fisik adalah badan dan seluruh anggotanya dapat dilihat dan diraba serta memiliki panca indera sebagai alat pelengkap. Rasulullah saw bersabda : “ mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah dibandingkan mukmin yang lemah...” (HR. Muslim). Untuk mengetahui hal-hal apa yang harus dilakukan selama hidup, maka berikut dikutip dari Al-Qur’an tahap-tahap penciptaan manusia.
Allah swt. Berfirman dalam surah Al-Mu’minuun: 12-16 yang artinya:
“dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah.(12) kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).(13) kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. kemudian Kami jadikan Dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.(14)  Kemudian, sesudah itu, Sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati.(15) Kemudian, Sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu) di hari kiamat.(16)” (QS. Al-Mu’minuun: 12-16)
Ayat-ayat tersebut menginformasikan asal-usul manusia lengkap dengan batasan-batasan, yaitu dibatasi oleh tanah dari segi fisik dan dibatasi oleh kekuasaan Tuhan dari segi qalb. Manusia yang unggul adalah manusia yang mampu mengembangkan potensi fisik dan psikis. Mencegahnya dari hal-hal yang merusak dan mampu menyembuhkannya jika sudah terlanjur sakit.
Sedangkan dampak dari rusak (sakit) nya qalb dan jism berdampak pada nafs (psikis). Psikis adalah jiwa, yaitu tempat yang memunculkan gejala yang teraktualisasi dalam bentuk perilaku (amaliah). Jiwa bisa sehat, sakit, atau hanya sekedar terganggu, tergantung dari aspek mana yang paling dominan pengaruhnya. Pepatah arab mengatakan : “tingkah laku lahir itu menunjukkan tungkah laku batin”, artinya kondisi nafs dapat dilihat dari bagaimana seseorang berperilaku. Orang yang sedang cemas dan gelisah dapat dilihat dari raut wajahnya yang kusut. Orang yang sedang marah atau malu dapat dilihat dari matanya yang memerah dan sebagainya. Dengan demikian, pengembangan kepribadian merupakan suatu proses yang dinamis. Dalam proses tersebut sifat individu dan sifat lingkungan menentukan tingkah laku apa yang akan menjadi aktual dan terwujud.

2. Prinsip Pendidikan Karater Islami
a.       Robbaniyah
Nyatalah bahwa pendidikan individu dalam Islam mempunyai tujuan yang jelas dan tertentu, yaitu: menyiapkan individu untuk dapat beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Dan tak perlu dinyatakan lagi bahawa totalitas agama Islam tidak membatasi pengertian ibadah pada shalat, shaum dan haji; tetapi setiap karya yang dilakukan seorang muslim dengan niat untuk Allah Subhanahu wa Ta'ala semata merupakan ibadah serta selalu berpegang teguh kepada sunnah Nabinya Sholallohu ‘Alaihi Wasalam.
b.      Syumul & takamul
Pengarahan yang islami mensifati dengan ke-universalan dan paripurna dalam setiap hal yang dibutuhkan oleh setiap manusia baik itu yang bersifat duniawi ataupun ukhrawi. Yang dimaksud universal disini adalah mencakup:
1.      objektifitas dalam memandang hal dunia dan akhirat serta tidak memisahkan antara keduanya,
2.      kemanusiaan karena mencakup semua manusia
3.      fitrah karena adanya kesesuaian antara jasad dan ruh
4.      sesuai zaman dan tempatnya karena tidak menitik beratkan pada zaman tertentu, akan tetapi kekal sampai hari akhir.
c.       Tawazun
Adanya kesesuaian antara hak jasad dan ruh, makhluk dan kholiq, hak keluarga, serta hak pribadi dan orang lain.
d.      Tsabaat
Tak bisa disangkal bahwa kekuatan iman di dalam hati seseorang akan membuatnya enggan terhadap kesenangan dan kekayaan duniawi serta meneguhkan hati dalam menghadapi godaan dan keinginan. Maka ia pun selalu menjaga kehormatannya serta menunaikan amanah.
e.       Waqi’iyah
Sesuai dengan objek agama, fitrah manusia, serta kemampuan setiap individu.




Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.

Search

PEMIRSA ISYWAH