SPONSOR

Rabu, 09 Maret 2016

Posted by Unknown 21.55

A.    Latar Belakang
Seiring dengan tumbuh kembangnya seorang anak, tentunya banyak pihak yang mempengaruhinya. Pertama dalam lingkungan keluarga, lingkungan pendidikan, lingkungan agama, dan lingkungan pergaulan. Dalam hal ini, pemakalah akan membahas mengenai lingkungan pendidikan, yang berfokus dengan pendidikan karakter dalam pembelajran Qur’an dan Hadits MTs-MA. Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang melibatkan dua pihak sekaligus. Pihak pertama subjek pendidikan, yaitu pihak yang melaksanakan pendidikan, sedang pihak kedua adalah objek pendidikan, yaitu pihak yang menerima pendidikan. Bagaimanakah pendidikan karakter itu? Lebih lanjut akan di uraikan dalam pembahasan makalah ini.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana pengertian, tujuan dan dasar pendidikan karakter ?
2.      Bagaimana perkembangan dan prinsip karakter pribadi Islami?
3. Bagaimana konsep pendidikan berkarakter dalam pembelajaran Qur’an dan Hadits MTs-MA?

C.     Pembahasan
A. Pengertian, Tujuan Dan Dasar Pendidikan Karakter
1.      Pengetian pendidikan karakter.
Secara umum, istilah karakter sering diasosiasikan dengan apa yang disebut dengan temperamen yang memberinya, seolah definisi yang menekankan unsur psikososial yang dikaitkan dengan pendidikan dan konteks lingkungan.
Dari segi etimologi, karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to mark” atau menandai dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku, sehingga orang yang tidak jujur, kejam, rakus dan perilaku jelek lainnya dikatakan orang berkarakter jelek. Sebaliknya, orang yang berprilaku sesuai dengan kaidah moral disebut dengan berkarakter mulia. Sedangkan dari segi istilah, karakter sering dipandang sebagai cara berfikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan setiap akibat dari keputusan yang ia buat.
Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk nilai-nilai tersebut. Pendidikan karakter pada hakekatnya ingin membentuk individu menjadi seorang pribadi bermoral yang dapat menghayati kebebasan dan tanggung jawabnya, dalam relasinya dengan orang lain dan dunianya dalam komunitas pendidikan. Dengan demikian pendidikan karakter senantiasa mengarahkan diri pada pembentukan individu bermoral, cakap mengambil keputusan yang tampil dalam perilakunya, sekaligus mampu berperan aktif dalam membangun kehidupan bersama.
2.      Tujuan Pendidikan Karakter
Manusia secara natural memang memiliki potensi didalam dirinya. Untuk bertumbuh dan berkembang mengatasi keterbatasan manusia dan keterbatasan budayanya. Di pihak lain  manusia juga tidak dapat abai terhadap lingkungan sekitarnya. Tujuan pendidikan karakter semestinya diletakkan dalam kerangka gerak dinamis diakletis, berupa tanggapan individu atau impuls natural (fisik dan psikis), sosial, kultural yang melingkupinya, untuk dapat menempa dirinya menjadi sempurna sehingga potensi-potensi yang ada dalam dirinya berkembang secara penuh yang membuatnya semakin menjadi manusiawi. Semakin menjadi manuusiawi berarti membuat ia juga semakin menjadi makhluk yang mampu berelasi secara sehat dengan lingkungan di luar dirinya tanpa kehilangan otonomi dan kebebasannya, sehingga ia menjadi  manusia yang bertanggungjawab.
Pendidikan karakter lebih  mengutamakan pertumbuhan moral individu yang ada dalam lembaga pendidikan. Untuk ini, dua paradigma pendidikan karakter merupakan suatu keutuhan yang tidak dapat dipisahkan. Peranan nilai dalam diri siswa dan pembaruan tata kehidupan bersama yang lebih menghargai kebebasan individu merupakan kedua wajah pendidikan karakter dalam lembaga pendidikan.
3.      Dasar Pembentukan Karakter
Allah SWT menegaskan dalam firman-Nya, al-Quran al-Kariem pada surah al-Ahzab ayat 21, sebagai berikut :

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا . (الأحزاب)

Artinya : “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. (QS. Al-Ahzab 21).

Imam Ibnu Jarier Ath-Thobariy, mufassir generasi awal memberi catatan khusus berkenaan dengan ayat di atas:
قال إبن جرير الطّبري : يقول لهم جلّ ثناؤه : (لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُوْلِ اللهِ أسْوَةٌ حَسَنَةٌ): أن تتأسوابه وتكونوا معه حيث كان، ولا تتخلَّفوا عنه(لِمَنْ كانَ يَرْجُو اللَّهَ) يقول: فإن من يرجو ثواب الله ورحمته في الآخرة لا يرغب بنفسه، ولكنه تكون له به أُسوة في أن يكون معه حيث يكون هو. (الطبري ص 235 من الجزء العشرين)
Bahwa Allah SWT, dengan ayat ini kembali menegaskan kepada kita selaku ummatnya untuk senantiasa membangun/menteladani Rasulullah SAW dan hendaknya kita terus ada bersamanya di setiap hal dan kondisi di manapun berada dan jangan sekali-kali kita menentang atau menyelisihinya. Lebih jauh, dalam tafsir itu, sang Imam -radiallahu ‘anhu- saat mengulas firman-Nya “Bagi orang-orang yang mencari ridho Allah SWT” ini ditafsirkan ialah sebagai “Sesungguhnya bagi orang-orang yang ada keinginan untuk mencari ridho dan pahala-Nya semata-mata, menuju rahmat dan kasih sayang-Nya untuk kelak di akhirat, maka tidaklah dia sendirian, tetapi paling tidak, bahwa dalam diri Muhammad itu ada teladan yang baik (uswah) bagi seseorang selama orang tersebut berusaha untuk senantiasa ada bersamanya”.
Oleh karena itu, pendidikan karakter sangatlah penting mengingat betapa sempurnanya akhlak Rosulullah yang sehingga mengharuskan kita untuk menirunya. Dan untuk menirunya kita dapat mengaplikasikannya dalam pendidikan.

B.  Perkembangan dan prinsip pendidikan karakter  pribadi Islami
Karakter dalam Islam sering disebut dengan akhlaq berasal dari bahasa Arab yakni jama’ dari khulqun yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabi’at, tata krama, sopan santun, adab dan tindakan. Kata akhlaq juga berasal dari kata kholaqa atau kholqun yang berarti kejadian, serta erat hubungannya dengan khaliq yang artinya menciptakan, tindakan atau perbuatan, sebagaimana terdapat kata al-khaliq yang artinya pencipta dan makhluq yang artinya yang diciptakan.
Ibnu Masykawaih (w. 421 H/ 130 M) yang terkenal sebagai pakar bidang akhlaq terkemuka mengatakan: “akhlaq  adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa melakukan pemikiran dan pertimbangan.”
Sementara itu, Imam Al-Ghazali (1015-1111 M) mengatakan: akhlaq adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gamblang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
Maka dapat disimpulkan akhlaq adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang yang dilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran serta dilakukan tanpa paksaan dan ikhlas semata-mata karena Allah subhanahu wata’ala.
Pendidikan karakter atau pendidikan akhlaq sebagaiman dirumuskan oleh Ibnu Masykawaih dan dikutip oleh Abudin Nata, merupakan upaya terwujudnya sikap batin yang mampu mendorong secara spontan akhirnya perbuatan-perbuatan yang bernilai baik dari seseorang. Dalam pendidikan akhlaq ini, kriteria benar dan salah untuk menilai perbuatan yang muncul merujuk kepada Al-Qur’an dan as-Sunnah sebagai sumber tertinggi ajaran Islam.
Tujuan pendidikan sebenarnya adalah mengarahkan kepada pembentukkan generasi baru (generasi yang beriman dan berpegang teguh  kepada ajaran-ajaran Islam yang benar) dimana generasi baru itu bekerja untuk memformat umat ini dengan format Islam dalam semua aspek kehidupan. Oleh karena itu, sarana yang digunakan untuk mewujudkan tujuan tersebut terbatas pada perubahan terbatas pada perubahan tradisi pada umumnya dan pembinaan para pendukung dakwah agar komitmen dengan ajaran-ajaran Islam, sehingga mereka menjadi teladan bagi orang lain dalam berpegang teguh kepada-Nya, memelihara dan tunduk kepada hukum-hukum-Nya.
1. Perkembangan kepribadian Islami
Dalam pengembangan kepribadian Islam, hal yang paling utama adalah pengembangan qalb  (hati).Hati yaitu tempat bermuara segala hal kebaikan ilahiyah karena ruh ada didalamnya. Secara psikologis, hati adalah cerminan baik buruk seseorang. Rasululullah SAW bersabda:” ketahuilah bahwa dalam jasad terdapat mudghah yang apabila baik maka baik pula sluruh anggota tubuh dan apabila rusak maka rusaklah seluruh tubuh.ketahuilah bhwa mudghah itu qalb."( HR.Al Bukhari dari an nu’man bin basyir). Qalb jika dirawat dan dikembangkan  potensinya,cahayanya akan melebihi sinar matahari. Ia akan menjadi obor sepanjang zaman. Pada pembahasan inilah hakikat pengembangan islam dan mengingat kedudukan hati yng begitu penting, maka unsur pembuka (ladang subur) pembahasannya adalah pendekatan agama.
Pada tahap selanjutnya adalah pengembangan Jism ( fisik). Fisik adalah badan dan seluruh anggotanya dapat dilihat dan diraba serta memiliki panca indera sebagai alat pelengkap. Rasulullah saw bersabda : “ mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah dibandingkan mukmin yang lemah...” (HR. Muslim). Untuk mengetahui hal-hal apa yang harus dilakukan selama hidup, maka berikut dikutip dari Al-Qur’an tahap-tahap penciptaan manusia.
Allah swt. Berfirman dalam surah Al-Mu’minuun: 12-16 yang artinya:
“dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah.(12) kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).(13) kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. kemudian Kami jadikan Dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.(14)  Kemudian, sesudah itu, Sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati.(15) Kemudian, Sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu) di hari kiamat.(16)” (QS. Al-Mu’minuun: 12-16)
Ayat-ayat tersebut menginformasikan asal-usul manusia lengkap dengan batasan-batasan, yaitu dibatasi oleh tanah dari segi fisik dan dibatasi oleh kekuasaan Tuhan dari segi qalb. Manusia yang unggul adalah manusia yang mampu mengembangkan potensi fisik dan psikis. Mencegahnya dari hal-hal yang merusak dan mampu menyembuhkannya jika sudah terlanjur sakit.
Sedangkan dampak dari rusak (sakit) nya qalb dan jism berdampak pada nafs (psikis). Psikis adalah jiwa, yaitu tempat yang memunculkan gejala yang teraktualisasi dalam bentuk perilaku (amaliah). Jiwa bisa sehat, sakit, atau hanya sekedar terganggu, tergantung dari aspek mana yang paling dominan pengaruhnya. Pepatah arab mengatakan : “tingkah laku lahir itu menunjukkan tungkah laku batin”, artinya kondisi nafs dapat dilihat dari bagaimana seseorang berperilaku. Orang yang sedang cemas dan gelisah dapat dilihat dari raut wajahnya yang kusut. Orang yang sedang marah atau malu dapat dilihat dari matanya yang memerah dan sebagainya. Dengan demikian, pengembangan kepribadian merupakan suatu proses yang dinamis. Dalam proses tersebut sifat individu dan sifat lingkungan menentukan tingkah laku apa yang akan menjadi aktual dan terwujud.

2. Prinsip Pendidikan Karater Islami
a.       Robbaniyah
Nyatalah bahwa pendidikan individu dalam Islam mempunyai tujuan yang jelas dan tertentu, yaitu: menyiapkan individu untuk dapat beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Dan tak perlu dinyatakan lagi bahawa totalitas agama Islam tidak membatasi pengertian ibadah pada shalat, shaum dan haji; tetapi setiap karya yang dilakukan seorang muslim dengan niat untuk Allah Subhanahu wa Ta'ala semata merupakan ibadah serta selalu berpegang teguh kepada sunnah Nabinya Sholallohu ‘Alaihi Wasalam.
b.      Syumul & takamul
Pengarahan yang islami mensifati dengan ke-universalan dan paripurna dalam setiap hal yang dibutuhkan oleh setiap manusia baik itu yang bersifat duniawi ataupun ukhrawi. Yang dimaksud universal disini adalah mencakup:
1.      objektifitas dalam memandang hal dunia dan akhirat serta tidak memisahkan antara keduanya,
2.      kemanusiaan karena mencakup semua manusia
3.      fitrah karena adanya kesesuaian antara jasad dan ruh
4.      sesuai zaman dan tempatnya karena tidak menitik beratkan pada zaman tertentu, akan tetapi kekal sampai hari akhir.
c.       Tawazun
Adanya kesesuaian antara hak jasad dan ruh, makhluk dan kholiq, hak keluarga, serta hak pribadi dan orang lain.
d.      Tsabaat
Tak bisa disangkal bahwa kekuatan iman di dalam hati seseorang akan membuatnya enggan terhadap kesenangan dan kekayaan duniawi serta meneguhkan hati dalam menghadapi godaan dan keinginan. Maka ia pun selalu menjaga kehormatannya serta menunaikan amanah.
e.       Waqi’iyah
Sesuai dengan objek agama, fitrah manusia, serta kemampuan setiap individu.




0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.

Search

PEMIRSA ISYWAH